Berita Terkini


Hari ini, Rama menemukan sesuatu yang aneh di loteng rumah tua itu. Sebuah jam dinding antik tergeletak di sudut ruangan yang sebelumnya tidak pernah ditemui oleh matanya yang masih muda. Ia memegang jam tersebut dengan hati-hati, merasakan getaran sejarah yang tertanam di dalamnya.
Rama tiba-tiba merasa pusing dan, seketika, dunia di sekitarnya berputar. Dia merasa seperti terhisap ke dalam pusaran waktu yang membawanya kembali ke masa lalu. Di hadapannya, kota kecil yang tak dikenal dengan lampu-lampu gas berpendar lembut di tepi jalan dan kereta uap bersiul-siul di kejauhan.
"Anak muda, kau tersesat di antara masa," kata seorang pria tua berjas dan bertopengkan udara, muncul di depan Rama. Pria itu memandang Rama dengan sorot mata yang penuh kearifan.
Rama tersentak. Dia menyadari bahwa dia telah melangkah mundur ke zaman yang sudah berlalu. Dunia modern yang ditinggalkannya menggantung seperti bayangan jauh di balik langit-langit kota tua ini.
Pria tua itu, yang bernama Bapak Wijaya, menjelaskan bahwa jam antik itu memiliki kekuatan untuk membawa seseorang ke era yang berbeda. Bapak Wijaya membimbing Rama menjelajahi kota ini, memberikan wawasan tentang kehidupan zaman dahulu. Mereka berkeliling melalui jalan-jalan yang dipenuhi dengan pedagang kaki lima, mendengar cerita tentang perjuangan masa lalu, dan merasakan kehangatan masyarakat yang saling mengenal.
Saat Rama menemukan bahwa ia bisa memberikan dampak positif pada masa lalu, keinginannya untuk kembali semakin tereduksi. Ia membantu warga setempat mengatasi kesulitan, menyatukan hati mereka dalam kebersamaan. Pria tua dan muda bekerja bersama untuk membangun komunitas yang lebih kuat.
Namun, seperti semua petualangan, ada waktunya untuk berpisah. Dengan berat hati, Rama kembali ke jam dinding antik. Bapak Wijaya memberinya senyuman bijak, dan dunia modern dengan segala kompleksitasnya pun menyapanya kembali.
Rama bangun di loteng rumah tua itu, kembali ke zamannya. Meski kini tak lagi bisa menyentuh dunia kota tua yang indah itu, ia membawa pulang pelajaran berharga tentang kekuatan perubahan dan nilai kebersamaan. Mungkin, di antara detik-detik jam yang berdetak, masih ada keajaiban yang menunggu untuk ditemui.
***
Arya Gilang, Cerpenis tinggal di Kota Bengkulu.