Berita Terkini


Sesuai dengan janjinya kepada Andi, akhirnya Nisa pun melayangkan gugatan cerai kepada suaminya itu.
Nisa tidak menuntut harta gono gini dari Andi. Setelah gagal dalam sidang mediasi yang pertama dan kedua dengan pengakuan Andi yang membenarkan semua bukti perselingkuhannya dari pihak Nisa akhirnya hari ini merupakan hari di mana sidang putusan akan gugatan cerai yang diajukan Nisa akan diputuskan.
Membutuhkan waktu yang sangat lama hingga Nisa dan Andi bisa mencapai tahapan ini. Selain menunggu sidang perceraian, Nisa juga beberapa kali menaruh surat lamaran pekerjaan. Tetapi karena dia hanya lulusan SMA, agak sulit untuknya mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan besar. Dia juga memasukkan lamarannya di berbagai toko yang sedang mencari karyawan, pelayan di sebuah rumah makan tetapi karena statusnya yang sudah menikah menjadi penghalang juga baginya untuk mendapatkan pekerjaan itu.
Nisa sampai terlebih dahulu di pengadilan agama didampingi oleh pengacara dan juga ibunya. Nisa menggunakan uang sisanya dulu ketika bekerja untuk membiayai seorang pengacara dan tidak berselang lama Andi juga tampak hadir tetapi dia hanya ditemani oleh pengacaranya saja, tidak terlihat mertuanya di sana. Penampilan Andi masih sama walaupun raut wajahnya menampilkan sedikit kesedihan yang tersirat. Nisa tidak menampik dia yang masih memiliki perasaan pada Andi. Dia meragukan apakah suaminya juga memiliki perasaan yang sama padanya. Tetapi itu tidak penting lagi bagi Nisa, dia harus bisa segera melupakan Andi secepatnya.
Akhirnya hakim ketua dengan dua hakim anggota memasuki ruang sidang. Sepanjang sidang berlangsung Nisa dan Andi menatap ke depan. Mereka bahkan tidak berani untuk bertatapan.
"... Dengan ini saya putuskan gugatan dari saudari Anisa diterima"
Tok! Tok! Tok!
Nisa mengucap syukur akhirnya setelah penantian yang sangat lama, dia bisa bercerai dengan suaminya. Sri terlihat sangat sedih karena anaknya sekarang sudah menyandang status janda.
"Selamat bu Nisa.." pengacara Nisa mengulurkan tangannya dan langsung dibalas oleh Nisa.
Ketika persidangan itu telah selesai, Nisa pun memutuskan untuk keluar dari ruang sidang terlebih dahulu sedangkan Andi masih duduk termangu tidak percaya bahwa mereka telah bercerai.
***
Sudah ada seminggu Nisa bercerai dari Andi. Sekarang Nisa ingin mencoba kembali mengirim surat lamaran dari beberapa lowongan pekerjaan yang dilihatnya dari surat kabar.
"Nisa pergi dulu ya, bu.." Nisa pun melambai kepada ibunya.
"Hati-hati Nisa.."
Setelah meletakkan beberapa surat lamaran, kaki Nisa pun terasa sangat letih karena dia mengirim semua surat lamaran itu dengan hanya berjalan kaki.
"Di mana lagi aku harus menaruh lamaran aku?" Nisa berusaha mengelap keringatnya dengan punggung tangannya.
Karena haus, Nisa pun masuk ke dalam sebuah supermarket untuk membeli minuman.
"Ehh.. kamu Nisa kan?" seseorang bertubuh gempal tampak mendekat ke arahnya.
"Kamu siapa?" tanya Nisa bingung karena dia tidak mengenal sosok di hadapannya sekarang.
"Gue Joko, Nisa.. Elo gak ingat sama gue?" tanya lelaki itu lagi.
"Ohh.. Joko.. Ya ampun.. kamu benar Joko?" mata Nisa membulat tidak percaya karena melihat tubuh Joko sekarang. Dulu Joko tidak memiliki bobot badan sebesar ini. Joko merupakan salah satu teman satu seangkatannya di sekolah dulu.
"Apa kabar kamu, Jo? Kok bisa subur begini sih kamu? Aku hampir gak kenal sama kamu" ucap Nisa tidak percaya melihat perubahan temannya itu.
"Gue tumbuh gak ke atas, Nisa.. Gue tumbuh ke samping terussss sampai begini jadinya tubuh gue" ucap Joko yang agak kemayu dengan gaya-gaya centilnya. Nisa pun tertawa, keberadaan Joko sekarang cukup menghibur dirinya dengan semua permasalahan berat yang baru saja dilaluinya.
"Itu namanya kamu udah bahagia sama hidupmu" ucap Nisa.
"Ishhh.. apanya yang bahagia? Gue stres berat tau? Lo gak liat kepala gue ini? Hampir botak gara-gara satu orang itu.. Selalu buat masalah, kerjaan gue jadi berat banget, Nisa.. Elo gak tau sihh gimana beratnya jadi gue" ucap Joko.
Nisa kembali tertawa.
"Jadi sekarang kamu kerja jadi apa?" tanya Nisa.
"Jadi manajer si perkutut itu.. Upss.." Joko menutup mulutnya hampir keceplosan memanggil aktor asuhan perusahaannya dengan sebutan perkutut.
"Perkutut?" Nisa mengernyitkan dahinya.
"Maksud gue, gue jadi manajer salah satu aktor terkenal namanya Ryan Reynald. Lo tau dong Ryan Reynald? Si aktor keren dan seksi itu.."
"Enggak.." Nisa menggelengkan kepalanya.
"Ya ampun Nisa.. lu hidup di zaman dinosaurus ya? Masa aktor papan atas begitu gak tau sih.."
"Gue jarang nonton Joko.. Enak banget ya Joko pekerjaan kamu bisa ngelayani aktor"
"Enak dari mana Nisa? Tu aktor gue banyak banget mau nya.. Kalau gak karena gaji aja, udah gue tinggal deh tu kerjaan.. Males gue.. Wajah aja tampan, seksi, cool tapi kelakuan nol besar. Tapi gue bukan ngurus tu anak aja sih, gue juga urus beberapa artis di naungan perusahaan kami cuma Ryan aja yang susah diurus"
Nisa kembali terkekeh melihat temannya itu.
"Elo mau ke mana? Itu amplop apaan? Yuk kita keluar aja yuk cari makan.. Gak enak kita ngerumpi gini di supermarket. Nanti kita disangka mau maling lagi lama-lama di sini" ajak Joko. Nisa pun mengiyakan ajakan itu. Setelah mereka berdua membayar pesanan mereka dari supermarket, Joko pun mengajak Nisa untuk naik ke mobilnya dan mengajak temannya untuk pergi ke salah satu cafe dekat supermarket itu.
Setelah mereka mengambil duduk dekat jendela cafe, Joko pun kembali menanyakan amplop di tangan Nisa.
"Elo belum jawab pertanyaan gue tadi. Itu amplop apaan? Elo mau ke mana?" tanya Joko.
"Aku baru bercerai Jo.. Jadi aku sekarang lagi cari pekerjaan biar kebutuhan sehari-hari aku tercukupi. Aku gak sama dengan kalian. Aku hanya tamatan SMA jadi susah untuk mencari kerja apalagi zaman sekarang" raut wajah Nisa tampak sedih memikirkan nasibnya.
"Lo baru aja cerai, Nisa? Jadi lo udah nikah?" tanya Joko tidak percaya.
"Ya.. aku udah nikah tapi gak berlangsung lama" Nisa menghela napasnya.
"Gue malah gak bisa nikah-nikah.. Elo mau gak kerja jadi asisten pribadi aktor yang gue bilang tadi? Soalnya kami memang lagi cari orang Nisa untuk menjadi asisten pribadi dia karena gue kelimpungan Nisa buat ngurus semua keperluan si Ryan. Kalo elo mau, lo kasi aja lamaran lo ke gue entar gue sampaikan ke Ryan"
"Beneran nih, Jo? Kamu gak lagi bercanda kan?" mata Nisa tampak berbinar. Nisa sangat bahagia sepertinya doanya terkabul agar bisa segera mendapatkan pekerjaan.
"Gue gak lagi bercanda lohh cintaa.. Gue serius, mau gak?" tanya Joko.
"Mau banget Jo.. Aku mau.." Nisa menganggukkan kepalanya mantap.
"Ya udah kalau mau, kasih surat lamaran lo ke gue tapi gue gak janji lo di terima ye?"
"Gak papa Jo.. kamu mau bantuin aku aja aku juga udah senang banget" ucap Nisa sambil memberikan salah satu amplop cokelatnya kepada Joko.
"Tapi lo harus sabar ya ngadepin si Ryan kalau misalnya lo diterima. Lo harus lebih banyak berlatih ilmu sabar dehh pokoknya, lebih banyak ngalah sama dia"
"Ya aku pasti akan bersabar dengan semua itu" janji Nisa.
Akhirnya Nisa bisa bernapas lega ketika Joko sudah berjanji akan membantunya. Ketika mereka selesai makan, Joko pun melunasi semua tagihan makan mereka.
"Ini Jo.. uang aku untuk bayar makanan tadi" Nisa hendak membayar Joko tetapi Joko menolak uang Nisa.
"Udahh.. Kali ini gue traktir, lain kali baru lo yang traktir gue kalau misalnya lo udah diterima kerja sama Ryan"
"Makasih ya.."
Joko pun melihat ke arah arlojinya.
"Ya ampunnn.. Udah dulu ya Nisa, gue buru-buru banget nih sekarang. Lo pulang sama siapa?" tanya Joko.
"Udah gak apa kok.. Aku bisa pulang sendiri. Kamu duluan aja Jo.."
"Yakin nih gak papa gue tinggal?" Joko kembali memastikannya sekali lagi.
"Gak papa lohh Jo.. Aku bisa sendiri kok.."
"Maaf ya Nisa gue gak bisa antar lo pulang. Kalau gitu gue permisi dulu ya.." setelah itu Joko pun pergi meninggalkan Nisa sendiri di cafe itu.
Nisa menatap sisa beberapa amplop cokelatnya yang dia letakkan di atas meja.
"Aku harus cari kerja di mana lagi ya? Mudah-mudahan aku bisa diterima deh satu kerjaan dengan Joko" ucap Nisa penuh harap.
***
Hari ini ada jadwal pemotretan iklan produk shampo yang dibintangi oleh Ryan. Joko sudah menjemput dan membawa Ryan sekarang ke lokasi pemotretan. Seperti biasa penggemar Ryan sepertinya sudah mengetahui jadwal Ryan dan mereka sudah menunggu Ryan di lokasi tempat pemotretan Ryan sekarang.
Cekreekk.. cekrekk..
Suara dari jepretan kamera memenuhi sebuah studio foto dengan latar belakang serba putih. Ryan tampak begitu lihai berpose di depan kamera dengan gaya sendiri maupun dengan arahan sang fotografer. Joko melihat aktornya kagum walaupun kadang aktornya bisa terlihat sangat menyebalkan tetapi dia tetap harus mengakui bahwa Ryan sangat profesional dalam kerjaannya. Semua film layar lebar yang dibintanginya mendapat penghargaan dan semua produk yang diiklankan olehnya bakal laku keras terjual di pasaran.
Akhirnya pemotretan itu selesai. Fotografer itu memeriksa hasil jepretan miliknya dan mengangguk puas melihat hasilnya.
"Cukup Ryan, udah oke"
Setelah mengucapkan terima kasih kepada sang fotografer dan beberapa kru yang bertugas, Ryan langsung menuju tempat di mana kursi lipatnya berada. Terdengar tepuk tangan dari Joko ketika aktornya sudah selesai melakukan pemotretan itu.
"Ini minum lo.." Joko pun membuka minuman yang baru dibelinya di supermarket tadi dan memberikannya kepada Ryan. Kemudian tanpa perintah dari Ryan, Joko langsung memijat bahu lelaki itu.
"Ry.." panggil Joko pada Ryan yang sedang menutup matanya karena bahu nya yang dipijat olehnya.
"Apa?" tanya Ryan masih dengan matanya yang tertutup.
"Gue udah bicarain semua sama bos kalau jadwal lo tu beneran padat jadi kita butuh orang yang bisa ngurus keperluan lo"
"Terus?"
"Ya kita harus cari asisten pribadi untuk ngebantu lo.."
"Lo kan bisa ngerangkap semuanya" ucap Ryan tidak peduli.
"Lo baik sama gue sesekali nape Ry? Lo gak liat kepala gue hampir botak di tengah gara-gara sibuk terus sama jadwal lo? Belum lagi sama artis yang lain. Kalo gue sibuk terus, kapan gue nikah Ry? Bahkan teman gue aja udah cerai. Lah gue? Boro-boro cerai.. Nikah juga belum Ry.. Gue kan mau nikmati surga dunia juga Ry.."
"Jadi lo udah dapat orang nya yang mau jadi asisten pribadi gue?" tanya Ryan.
"Lu serius setuju, Ry?" mata Joko tampak berkaca-kaca ketika mendapat pertanyaan seperti itu dari Ryan.
***
Penulis : VON HSU